Jumat, 04 Mei 2012

BELAJAR KE NEGERI “SEMUT” DALAM UPAYA PEMBANGUNAN STAIN MENUJU IAIN Hingga apabila mereka (Sulaiman as dengan para bala tentaranya), sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut: “hai semut-semut masuklah kamu kesarang-sarang kamu, agar kamu tidak dibinasakan oleh Sulaiman dan balatentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya (QS. An-Naml (27): 18) Kutipan ayat di atas, memberikan gambaran salah satu sifat semut yang dapat dijadikan dan dapat diambil pelajaran bagi manusia. Karena perintah “membaca’ atau “iqra`” yang diperintahkan pertama kalinya turun wahyu, yaitu membaca ayat-ayat Allah baik yang tersurat maupun yang tersirat, termasuk pelajaran yang ada dari alam semesta, sekalipun dari seekor binatang, semut misalnya. Siapa yang tidak tahu tentang semut, jelas semua orang tahu. Binatang berukuran kecil, berkaki enam, nyukai gula, berjalan merayap dan hidup bermasyarakat (M. Quraish Shihab, 2009: 304). Oleh karenanya jika punya makanan yang manis-manis, jika diletakkan di tempat terbuka, tidak ditutup rapat, akan dikerumuni semut. Binatang ini pernah disebut-sebut dalam al Qur’an, bahkan dijadikan nama sebuah surat dalam al Qur’an yaitu surat an- Naml, artinya semut. Banyak ceritera tentang semut ini. Binatang ini ternyata pernah dituturkan terkait kisah Nabi Sulaiman. Allah swt sering sekali menggunakan berbagai cara untuk mengingatkan dan mengajarkan sesuatu hal kepada manusia. Kali ini ini kita akan belajar dari Semut, hewan kecil yang lemah tetapi Allah menjadikannya teladan untuk kita supaya kita belajar sesuatu hal yang membangun diri yang belajar dari hewan tersebut. Seekor semut yang kecil yang akan mengajarkan kita semua mengenai arti sebuah perjuangan hidup yang tak mengenal waktu dan tak mengenal lelah. Beberapa pelajaran yang patut menjadi renungan bagi orang-orang yang berfikir, dalam rangka meningkatkan kualitas dirinya menjadi yang lebih baik. Pertama, Semut adalah binatang yang rajin dan bertanggung jawab. Seperti ungkapan di atas semut adalah binatang rajin dan bertanggung jawab, itu benar adanya. Coba kita perhatikan dengan seksama, apakah kita pernah melihat seekor semut duduk-duduk santai ? Atau keluar pada jam-jam atau musim – musim tertentu? Semut akan selalu bekerja siang dan malam, baik musim hujan atau pun panas, anda pasti akan melihat seekor semut bekerja, bahkan dimanapun kita berada semut juga ada, artinya semut tidak takut untuk ditempatkan dimanapun, ia akan mengerjakan tugasnya sapai selesai dan penuh tanggung jawab.Berbeda dengan manusia yang sering bermalas-malasan karana berbagai alasan, di bawah ini adalah ciri-ciri seorang pemalas, antara lain; Seorang pemalas adalah seorang yang selalu menunda pekerjaan. Seorang pemalas tidak menyelesaikan apa yang dimulainya. Seorang pemalas akan mencari dan mengikuti jalan yang mudah yang jauh dari pada rintangan. Bagaimana visi dan misi kita dalam membangun IAIN ke depan, apakah budaya “malas” semut akan menjadi budaya kiya, tentu jawabannya tidak. Sehingga dibutuhkan kesadaran semua pihak, untuk memahami dan menjalankan tugas secara bertanggungjawab sesuai dengan wewenang yang ada. Kedua, Semut adalah binatang yang pantang menyerah dan pantang mengeluh, apalagi menyalahkan. Jika anda melihat seekor semut cobalah anda atau kita untuk menghalangi jalannya. dan perhatikan apa yang semut tersebut lakukan! Ia akan mencari jalan lain untuk meneruskan jalannya atau bahkan dia akan memanjat rintangan yang anda buat untuk bisa terus berjalan ke Depan. Semut tidak peduli apapun rintangan yang menghalangi, ia akan berusaha untuk menghadapinya tanpa rasa takut ataupun ragu. Sebab ia fokus pada apa yang menjadi visinya.Tetapi menusia sering kehilangan visi dan menjadi lemah oleh karena persoalan yang menghalangi jalannya. Selain itu, terdapat penjelasan bahwa semut sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran QS. An-Naml ayat 18 di atas, terdapat salah satu potongan kalimat, “sedangkan mereka tidak menyadarinya”. Kalimat ini menggambarkan betapa semut-semut tidak mudah menyalahkan orang lain, termasuk nabi Sulaiman dan bala tentaranya, apabila mereka terijak-ijak, karena disinilah pentingnya usaha pengendalain diri dan sikap pantang menyalahkan orang lain. sejatinya manusia yang bijak, apabila ada bahan masukan untuk suatu perbaikan, maka hendaknya memberikan solution, bukan justru menambah problem. Disisi lain, kalimat tersebut, memberikan gambaran bahwa semut bukanlah binatang yang sibuk mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi justru ia selalu sibuk malakukan pembenahan diri atau introspeksi diri serta mengevaluasi diri, dan dijadikan modal untuk menjadi yang lebih baik di masa yang akan datang. Ketiga, Semut bekerja sama dengan baik dalam satu team. Kita sering melihat semut bertabarukan satu sama yang lain, kira-kira apa yang mereka lakukan? Jarang sekalai manusia memperhatikan apa yang sebenarnya mereka lakukan, apa hanya sekedar menyampaikan salam atau bertegur siapa? Sebenarnya apa yang mereka lakukan adalah mereka bertukar informasi tentang sesuatu yang bisa dikerjakan, dalam artian mereka meminta bantuan teman yang lain untuk bekerja sama mengerjakan suatu pekerjaan. Semut bekerja sama dengan baik dengan sesamanya tanpa mengindahkan persoalan-persolan dalam hidup mereka. Semut selalu fokus pada target misi mereka dan bekerja bersama-sama untuk mencapai target tersebut. Semut bukan binatang superior melainkan binatang yang lemah yang memiliki keterbatasan sehingga mereka akan membutuhkan satu dengan yang lain untuk mengerjakan tugas yang berat. Dan mereka akan senantiasa membantu satu dengan yang lain untuk tercapainya keberhasilan bersama dalam mengerjakan visi mereka. Semua spesies semut, yang jumlahnya mencapai kira-kira 8.800 spesies, mencari makanan dan membawanya pulang dengan cara yang berbeda-beda. Dalam spesies-spesies tertentu, semut berburu sendirian dan membawa pulang makanannya masing-masing. Spesies lain berburu berkelompok dan membawa serta menjaga makanannya bersama-sama. Sejalan dengan itu, semua pihak di STAIN Bengkulu, dituntut bekerja secara maksimal sesuai dengan kewenangan yang kita miliki dan kemampuan yang kita sanggupi. Sehingga diharapkan upaya pembangunan disemua aspek menjadi terwujud. Perubahan nama menjadi IAIN adalah penting, tetapi adalah lebih penting untuk mengisi pembangunan sesuai dengan taraf dan nama institusi yang diemban. Keempat, semut binatang yang tidak egois dan tidak rakus. Diceriterakan dalam satu riwayat bahwa semut pernah dipanggil oleh Nabi yang dikenal kaya raya ini. Ketika itu binatang kecil tersebut ditanya, berapa banyak gandum yang dihabiskan pada setiap tahunnya. Semut yang ditanya oleh Nabi Sulaiman menjawab, setahun cukup sebutir saja. Mendengar jawaban itu, Nabi Sulaiman menangkap seekor semut dan segera memasukkannya ke sebuah botol. Bersama seekor semut itu, botol tersebut diisi sebutir gandum, kemudian botol itu ditutup agar semut tidak bisa keluar. Semut dalam botol ini diperkirakan tidak akan mati, karena telah disediakan sebutir gandum, yang kata semut sendiri, cukup untuk menyambung hidup selama setahun. Setelah genap setahun, Nabi Sulaiman ingat eksperimen yang dilakukannya. Botol yang di dalamnya ditaruh seekor semut dan sebutir gandum, lalu dibuka. Benar, ternyata semut masih hidup. Namun yang dianggap aneh oleh Nabi Sulaiman ialah sebutir gandum yang semestinya habis dimakan oleh semut, ternyata masih tersisa separo. Nabi segera menanyakan, mengapa gandumnya tidak habis dan bahkan masih tersisa separo. Bukankah dulu semut pernah menjelaskannya, bahwa setahun akan menghabiskan sebutir gandum. Ketakutan akan dianggap salah oleh Nabi Sulaiman, maka semut segera menjawab. Bahwa dulu ketika menjawab pertanyaan Nabi Sulaiman, ia tidak membayangkan kalau akan dimasukkan ke dalam botol. Sebutir gandum akan habis dimakan kalau ia berada di alam bebas di luar botol. Sebab setiap makan, ia tidak akan pernah menghitung dan terlalu berhati-hati takut kehabisan makanan. Karena begitu gandum habis, Allah tidak pernah lupa memberi kebutuhan berikutnya. Akan tetapi jika sedang berada di dalam botol, maka makanan itu harus dihitung secara saksama agar dalam membangun kebersamaan. Maka jika perilaku semut ini, sebagian saja ditiru oleh manusia, maka tidak akan terjadi kesenjangan yang sedemikian jauh jaraknya antara si kaya dan si miskin sebagaimana yang kita saksikan sehari-hari pada saat ini. Di negeri kita saat ini ada sementara orang yang hidup bergelimang kekayaan, memiliki rumah yang sedemikian mewah, indah dan mahal harganya, sementara lainnya hidup di pinggir-pinggir kali dengan dinding bambu dan seng bekas seadanya. Dalam hal bertawakkal dan kebersamaan dalam hidup ternyata semut lebih pandai daripada makhluk yang dimuliyakan oleh Allah yang disebut manusia ini. Semut makhluk kecil yang selalu dipandang rendah. Bentuk fisik yang kecil, tempatnya yang kotor. Melirik pun kadang kita ogah. Namun pernahkah terlintas dalam benak kita, semut yang buruk pura ini ternyata mempunyai sifat yang selama ini sudah menjadi langka di negeri ini. Terkadang kita merasa kesal jika makan minum kita dikerubutin semut. Tapi kita tidak pernah bisa belajar dari seekor semut. Malah dengan mudahnya kita membunuhnya.Coba kalau kita mau merenung sebentar. Betapa sederhananya makhluk kecil ini. Walaupun kita beri 1 liter gula mereka pun hanya mengambil satu biji. Tidak lebih dan tidak kurang. Bandingkan dengan kita, sudah diberi fasilitas berbagai macam tapi masih tetap mengeluh kekurangan. Bahkan tanpa malu-malu masih mengambil lagi milik orang lain alias korupsi. Mereka pun tidak banyak bicara tapi banyak kerja, bahkan dengan semangat gotong royong tanpa pamrih. Berbeda dengan sikap masyarakat sekarang, semuanya diukur dengan materi. Tidak ada lagi semangat gotong royong. Untuk piket ronda malam saja sudah enggan kalau tidak Kelima, Semut memiliki pembagian tugas yang sempurna. Dalam kehidupannya, semut juga mengenal pembagian tugas yang sangat sempurna. Semut besar memotong-motong makanan dan menjaganya dari hewan-hewan asing, sementara semut kecil membawa pulang makanan. Semut pekerja mengangkat makanan dengan rahangnya dan membawa makanan di depan selagi kembali ke sarang. Kalau bekerja berkelompok, semut dapat membawa potongan makanan yang lebih besar. Mereka mengangkat makanan menggunakan satu atau dua kaki. Pada saat yang sama mereka juga menggigit makanannya dengan rahang terbuka. Semut pekerja menggunakan cara yang berbeda-beda berdasarkan posisi dan arahnya. Semut yang di depan bergerak mundur sambil menyeret makanan. Semut yang di belakang berjalan maju sambil mendorong makanan. Semut yang di samping membantu mengangkat. Dengan cara ini, semut dapat mengangkat makanan beberapa kali lebih berat dari yang bisa dibawa seekor semut. Berdasarkan pengamatan, ditemukan bahwa jika semut bekerja sama, mereka dapat mengangkat beban seberat 5.000 kali berat yang dapat diangkat seekor semut pekerja. Seratus ekor semut dapat membawa seekor cacing besar di atas tanah dan bergerak dengan kecepatan 0,4 cm per detik. Demikian indahnya, Allah menjadikan pelajran melalui semut. Seandainya manusia, dapat memanajemen pembagian tugas dengan baik, serta dapat secara bersama-sama menjalankan program yang telah menjadi komitmen bersama, maka insya Allah semua beban yang berat akan menjadi ringan, beban yang banyak menjadi sedikit, serta beban yang sulit menjadi mudah. Dari beberapa pendidikan yang dapat dipetik dalam upaya pembangunan suatu lembaga, institusi dan apapun namanya, termasuk dalam membangun STAIN Bengkulu menuju IAIN Bengkulu. Kita membutuhkan mereka-mereka yang berjiwa patriot, jujur, kerjasama yang baik, pantang menyerah, bertanggungjawab, serta bahu membahu untuk selalu memberikan yang terbaik bagi kemaslahatan ummat dan kepentingan bersama. Namun demikian, tidak semua sifat semut positif. Karena ada sifat semut yang seharusnya tidak boleh kita miliki. Menurut M. Quraish Shihab, sebagai muslim tidak boleh meniru sifat semut dalam hal menumpukkan atau menimbun hasil usahanya, sehingga terkesan tidak melakukan reproduksi. Kalau berkaitan dengan pengolahan hasil ini, kita harus banyak belajar dari lebah. Salah satu yang dapat dipetik dari lebah adalah lebah menghasilkan madu dan mengandung banyak manfaat, termasuk sebagai obat. Para pakar menyebutkan bahwa dalam madu memiliki kandungan vitamin yang cukup tinggi untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Dengan demikian, seorang muslim hendaknya sejalan dengan sabda Rasul: “sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya”. Bahkan dimanapun seorang muslim berada ia selalu menebar kasih sayang, perdamaian dan kesejukan bagi lingkungannya. Demikianlah, Semoga dapat menjadi i`tibar bagi kita semua. Di banyak ayat Allah menegaskan semua ayat-ayat yang ada di alam semesta ini, merupakan tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya bagi orang-orang berfikir, menggunakan akal, orang-orang yang memperhatikan . Kita berdoa semoga senantiasa belajar melalui berbagai ayat-ayat Allah swt dan mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Wallaahu A`lam. Referensi Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2004. Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur`an Tafsir Maudhui Atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, Cet. VIII, 1998. Shihab, M. Quraish, “Membumikan” Al-Qur`an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1992. Shihab, M. Quraish, Dia Ada Di Mana-mana, Jakarta: Lentera Hati, 2009. http://my.opera.com/Maslych/blog http://umum.kompasiana.com/2010/01/30/belajar-dari-semut/ http://harunyahya.com/indo/semut/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar