Jumat, 04 Mei 2012
BELAJAR KE NEGERI “SEMUT” DALAM UPAYA
PEMBANGUNAN STAIN MENUJU IAIN
Hingga apabila mereka (Sulaiman as dengan para bala tentaranya), sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut: “hai semut-semut masuklah kamu kesarang-sarang kamu, agar kamu tidak dibinasakan oleh Sulaiman dan balatentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya (QS. An-Naml (27): 18)
Kutipan ayat di atas, memberikan gambaran salah satu sifat semut yang dapat dijadikan dan dapat diambil pelajaran bagi manusia. Karena perintah “membaca’ atau “iqra`” yang diperintahkan pertama kalinya turun wahyu, yaitu membaca ayat-ayat Allah baik yang tersurat maupun yang tersirat, termasuk pelajaran yang ada dari alam semesta, sekalipun dari seekor binatang, semut misalnya.
Siapa yang tidak tahu tentang semut, jelas semua orang tahu. Binatang berukuran kecil, berkaki enam, nyukai gula, berjalan merayap dan hidup bermasyarakat (M. Quraish Shihab, 2009: 304). Oleh karenanya jika punya makanan yang manis-manis, jika diletakkan di tempat terbuka, tidak ditutup rapat, akan dikerumuni semut. Binatang ini pernah disebut-sebut dalam al Qur’an, bahkan dijadikan nama sebuah surat dalam al Qur’an yaitu surat an- Naml, artinya semut. Banyak ceritera tentang semut ini. Binatang ini ternyata pernah dituturkan terkait kisah Nabi Sulaiman.
Allah swt sering sekali menggunakan berbagai cara untuk mengingatkan dan mengajarkan sesuatu hal kepada manusia. Kali ini ini kita akan belajar dari Semut, hewan kecil yang lemah tetapi Allah menjadikannya teladan untuk kita supaya kita belajar sesuatu hal yang membangun diri yang belajar dari hewan tersebut. Seekor semut yang kecil yang akan mengajarkan kita semua mengenai arti sebuah perjuangan hidup yang tak mengenal waktu dan tak mengenal lelah. Beberapa pelajaran yang patut menjadi renungan bagi orang-orang yang berfikir, dalam rangka meningkatkan kualitas dirinya menjadi yang lebih baik.
Pertama, Semut adalah binatang yang rajin dan bertanggung jawab.
Seperti ungkapan di atas semut adalah binatang rajin dan bertanggung jawab, itu benar adanya. Coba kita perhatikan dengan seksama, apakah kita pernah melihat seekor semut duduk-duduk santai ? Atau keluar pada jam-jam atau musim – musim tertentu? Semut akan selalu bekerja siang dan malam, baik musim hujan atau pun panas, anda pasti akan melihat seekor semut bekerja, bahkan dimanapun kita berada semut juga ada, artinya semut tidak takut untuk ditempatkan dimanapun, ia akan mengerjakan tugasnya sapai selesai dan penuh tanggung jawab.Berbeda dengan manusia yang sering bermalas-malasan karana berbagai alasan, di bawah ini adalah ciri-ciri seorang pemalas, antara lain; Seorang pemalas adalah seorang yang selalu menunda pekerjaan. Seorang pemalas tidak menyelesaikan apa yang dimulainya. Seorang pemalas akan mencari dan mengikuti jalan yang mudah yang jauh dari pada rintangan. Bagaimana visi dan misi kita dalam membangun IAIN ke depan, apakah budaya “malas” semut akan menjadi budaya kiya, tentu jawabannya tidak. Sehingga dibutuhkan kesadaran semua pihak, untuk memahami dan menjalankan tugas secara bertanggungjawab sesuai dengan wewenang yang ada.
Kedua, Semut adalah binatang yang pantang menyerah dan pantang mengeluh, apalagi menyalahkan.
Jika anda melihat seekor semut cobalah anda atau kita untuk menghalangi jalannya. dan perhatikan apa yang semut tersebut lakukan! Ia akan mencari jalan lain untuk meneruskan jalannya atau bahkan dia akan memanjat rintangan yang anda buat untuk bisa terus berjalan ke Depan. Semut tidak peduli apapun rintangan yang menghalangi, ia akan berusaha untuk menghadapinya tanpa rasa takut ataupun ragu. Sebab ia fokus pada apa yang menjadi visinya.Tetapi menusia sering kehilangan visi dan menjadi lemah oleh karena persoalan yang menghalangi jalannya. Selain itu, terdapat penjelasan bahwa semut sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran QS. An-Naml ayat 18 di atas, terdapat salah satu potongan kalimat, “sedangkan mereka tidak menyadarinya”. Kalimat ini menggambarkan betapa semut-semut tidak mudah menyalahkan orang lain, termasuk nabi Sulaiman dan bala tentaranya, apabila mereka terijak-ijak, karena disinilah pentingnya usaha pengendalain diri dan sikap pantang menyalahkan orang lain. sejatinya manusia yang bijak, apabila ada bahan masukan untuk suatu perbaikan, maka hendaknya memberikan solution, bukan justru menambah problem. Disisi lain, kalimat tersebut, memberikan gambaran bahwa semut bukanlah binatang yang sibuk mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi justru ia selalu sibuk malakukan pembenahan diri atau introspeksi diri serta mengevaluasi diri, dan dijadikan modal untuk menjadi yang lebih baik di masa yang akan datang.
Ketiga, Semut bekerja sama dengan baik dalam satu team.
Kita sering melihat semut bertabarukan satu sama yang lain, kira-kira apa yang mereka lakukan? Jarang sekalai manusia memperhatikan apa yang sebenarnya mereka lakukan, apa hanya sekedar menyampaikan salam atau bertegur siapa? Sebenarnya apa yang mereka lakukan adalah mereka bertukar informasi tentang sesuatu yang bisa dikerjakan, dalam artian mereka meminta bantuan teman yang lain untuk bekerja sama mengerjakan suatu pekerjaan. Semut bekerja sama dengan baik dengan sesamanya tanpa mengindahkan persoalan-persolan dalam hidup mereka. Semut selalu fokus pada target misi mereka dan bekerja bersama-sama untuk mencapai target tersebut. Semut bukan binatang superior melainkan binatang yang lemah yang memiliki keterbatasan sehingga mereka akan membutuhkan satu dengan yang lain untuk mengerjakan tugas yang berat. Dan mereka akan senantiasa membantu satu dengan yang lain untuk tercapainya keberhasilan bersama dalam mengerjakan visi mereka.
Semua spesies semut, yang jumlahnya mencapai kira-kira 8.800 spesies, mencari makanan dan membawanya pulang dengan cara yang berbeda-beda. Dalam spesies-spesies tertentu, semut berburu sendirian dan membawa pulang makanannya masing-masing. Spesies lain berburu berkelompok dan membawa serta menjaga makanannya bersama-sama. Sejalan dengan itu, semua pihak di STAIN Bengkulu, dituntut bekerja secara maksimal sesuai dengan kewenangan yang kita miliki dan kemampuan yang kita sanggupi. Sehingga diharapkan upaya pembangunan disemua aspek menjadi terwujud. Perubahan nama menjadi IAIN adalah penting, tetapi adalah lebih penting untuk mengisi pembangunan sesuai dengan taraf dan nama institusi yang diemban.
Keempat, semut binatang yang tidak egois dan tidak rakus.
Diceriterakan dalam satu riwayat bahwa semut pernah dipanggil oleh Nabi yang dikenal kaya raya ini. Ketika itu binatang kecil tersebut ditanya, berapa banyak gandum yang dihabiskan pada setiap tahunnya. Semut yang ditanya oleh Nabi Sulaiman menjawab, setahun cukup sebutir saja. Mendengar jawaban itu, Nabi Sulaiman menangkap seekor semut dan segera memasukkannya ke sebuah botol. Bersama seekor semut itu, botol tersebut diisi sebutir gandum, kemudian botol itu ditutup agar semut tidak bisa keluar.
Semut dalam botol ini diperkirakan tidak akan mati, karena telah disediakan sebutir gandum, yang kata semut sendiri, cukup untuk menyambung hidup selama setahun. Setelah genap setahun, Nabi Sulaiman ingat eksperimen yang dilakukannya. Botol yang di dalamnya ditaruh seekor semut dan sebutir gandum, lalu dibuka. Benar, ternyata semut masih hidup. Namun yang dianggap aneh oleh Nabi Sulaiman ialah sebutir gandum yang semestinya habis dimakan oleh semut, ternyata masih tersisa separo. Nabi segera menanyakan, mengapa gandumnya tidak habis dan bahkan masih tersisa separo. Bukankah dulu semut pernah menjelaskannya, bahwa setahun akan menghabiskan sebutir gandum. Ketakutan akan dianggap salah oleh Nabi Sulaiman, maka semut segera menjawab. Bahwa dulu ketika menjawab pertanyaan Nabi Sulaiman, ia tidak membayangkan kalau akan dimasukkan ke dalam botol. Sebutir gandum akan habis dimakan kalau ia berada di alam bebas di luar botol. Sebab setiap makan, ia tidak akan pernah menghitung dan terlalu berhati-hati takut kehabisan makanan. Karena begitu gandum habis, Allah tidak pernah lupa memberi kebutuhan berikutnya. Akan tetapi jika sedang berada di dalam botol, maka makanan itu harus dihitung secara saksama agar dalam membangun kebersamaan. Maka jika perilaku semut ini, sebagian saja ditiru oleh manusia, maka tidak akan terjadi kesenjangan yang sedemikian jauh jaraknya antara si kaya dan si miskin sebagaimana yang kita saksikan sehari-hari pada saat ini. Di negeri kita saat ini ada sementara orang yang hidup bergelimang kekayaan, memiliki rumah yang sedemikian mewah, indah dan mahal harganya, sementara lainnya hidup di pinggir-pinggir kali dengan dinding bambu dan seng bekas seadanya. Dalam hal bertawakkal dan kebersamaan dalam hidup ternyata semut lebih pandai daripada makhluk yang dimuliyakan oleh Allah yang disebut manusia ini.
Semut makhluk kecil yang selalu dipandang rendah. Bentuk fisik yang kecil, tempatnya yang kotor. Melirik pun kadang kita ogah. Namun pernahkah terlintas dalam benak kita, semut yang buruk pura ini ternyata mempunyai sifat yang selama ini sudah menjadi langka di negeri ini. Terkadang kita merasa kesal jika makan minum kita dikerubutin semut. Tapi kita tidak pernah bisa belajar dari seekor semut. Malah dengan mudahnya kita membunuhnya.Coba kalau kita mau merenung sebentar. Betapa sederhananya makhluk kecil ini. Walaupun kita beri 1 liter gula mereka pun hanya mengambil satu biji. Tidak lebih dan tidak kurang. Bandingkan dengan kita, sudah diberi fasilitas berbagai macam tapi masih tetap mengeluh kekurangan. Bahkan tanpa malu-malu masih mengambil lagi milik orang lain alias korupsi. Mereka pun tidak banyak bicara tapi banyak kerja, bahkan dengan semangat gotong royong tanpa pamrih. Berbeda dengan sikap masyarakat sekarang, semuanya diukur dengan materi. Tidak ada lagi semangat gotong royong. Untuk piket ronda malam saja sudah enggan kalau tidak
Kelima, Semut memiliki pembagian tugas yang sempurna.
Dalam kehidupannya, semut juga mengenal pembagian tugas yang sangat sempurna. Semut besar memotong-motong makanan dan menjaganya dari hewan-hewan asing, sementara semut kecil membawa pulang makanan. Semut pekerja mengangkat makanan dengan rahangnya dan membawa makanan di depan selagi kembali ke sarang. Kalau bekerja berkelompok, semut dapat membawa potongan makanan yang lebih besar. Mereka mengangkat makanan menggunakan satu atau dua kaki. Pada saat yang sama mereka juga menggigit makanannya dengan rahang terbuka. Semut pekerja menggunakan cara yang berbeda-beda berdasarkan posisi dan arahnya. Semut yang di depan bergerak mundur sambil menyeret makanan. Semut yang di belakang berjalan maju sambil mendorong makanan. Semut yang di samping membantu mengangkat. Dengan cara ini, semut dapat mengangkat makanan beberapa kali lebih berat dari yang bisa dibawa seekor semut. Berdasarkan pengamatan, ditemukan bahwa jika semut bekerja sama, mereka dapat mengangkat beban seberat 5.000 kali berat yang dapat diangkat seekor semut pekerja. Seratus ekor semut dapat membawa seekor cacing besar di atas tanah dan bergerak dengan kecepatan 0,4 cm per detik. Demikian indahnya, Allah menjadikan pelajran melalui semut. Seandainya manusia, dapat memanajemen pembagian tugas dengan baik, serta dapat secara bersama-sama menjalankan program yang telah menjadi komitmen bersama, maka insya Allah semua beban yang berat akan menjadi ringan, beban yang banyak menjadi sedikit, serta beban yang sulit menjadi mudah.
Dari beberapa pendidikan yang dapat dipetik dalam upaya pembangunan suatu lembaga, institusi dan apapun namanya, termasuk dalam membangun STAIN Bengkulu menuju IAIN Bengkulu. Kita membutuhkan mereka-mereka yang berjiwa patriot, jujur, kerjasama yang baik, pantang menyerah, bertanggungjawab, serta bahu membahu untuk selalu memberikan yang terbaik bagi kemaslahatan ummat dan kepentingan bersama. Namun demikian, tidak semua sifat semut positif. Karena ada sifat semut yang seharusnya tidak boleh kita miliki. Menurut M. Quraish Shihab, sebagai muslim tidak boleh meniru sifat semut dalam hal menumpukkan atau menimbun hasil usahanya, sehingga terkesan tidak melakukan reproduksi. Kalau berkaitan dengan pengolahan hasil ini, kita harus banyak belajar dari lebah. Salah satu yang dapat dipetik dari lebah adalah lebah menghasilkan madu dan mengandung banyak manfaat, termasuk sebagai obat. Para pakar menyebutkan bahwa dalam madu memiliki kandungan vitamin yang cukup tinggi untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Dengan demikian, seorang muslim hendaknya sejalan dengan sabda Rasul: “sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya”. Bahkan dimanapun seorang muslim berada ia selalu menebar kasih sayang, perdamaian dan kesejukan bagi lingkungannya.
Demikianlah, Semoga dapat menjadi i`tibar bagi kita semua. Di banyak ayat Allah menegaskan semua ayat-ayat yang ada di alam semesta ini, merupakan tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya bagi orang-orang berfikir, menggunakan akal, orang-orang yang memperhatikan . Kita berdoa semoga senantiasa belajar melalui berbagai ayat-ayat Allah swt dan mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Wallaahu A`lam.
Referensi
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2004.
Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qur`an Tafsir Maudhui Atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, Cet. VIII, 1998.
Shihab, M. Quraish, “Membumikan” Al-Qur`an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1992.
Shihab, M. Quraish, Dia Ada Di Mana-mana, Jakarta: Lentera Hati, 2009.
http://my.opera.com/Maslych/blog
http://umum.kompasiana.com/2010/01/30/belajar-dari-semut/
http://harunyahya.com/indo/semut/
belajar ke Negeri semut
BELAJAR KE NEGERI “SEMUT” DALAM UPAYA
PEMBANGUNAN STAIN MENUJU IAIN
OLEH: Wira Hadi Kusuma, M.S.I
Hingga apabila mereka (Sulaiman as dengan para bala
tentaranya), sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut: “hai semut-semut
masuklah kamu kesarang-sarang kamu, agar kamu tidak dibinasakan oleh Sulaiman
dan balatentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya (QS. An-Naml (27): 18)
Kutipan ayat di atas, memberikan gambaran salah satu
sifat semut yang dapat dijadikan dan dapat diambil pelajaran bagi manusia.
Karena perintah “membaca’ atau “iqra`” yang diperintahkan pertama kalinya turun
wahyu, yaitu membaca ayat-ayat Allah
baik yang tersurat maupun yang tersirat, termasuk pelajaran yang ada dari alam
semesta, sekalipun dari seekor binatang, semut misalnya.
Siapa yang tidak tahu tentang semut, jelas semua orang
tahu. Binatang berukuran kecil, berkaki enam, nyukai gula, berjalan merayap dan
hidup bermasyarakat (M. Quraish Shihab, 2009: 304). Oleh karenanya jika punya
makanan yang manis-manis, jika diletakkan di tempat terbuka, tidak ditutup
rapat, akan dikerumuni semut. Binatang ini pernah disebut-sebut dalam al
Qur’an, bahkan dijadikan nama sebuah surat dalam al Qur’an yaitu surat an-
Naml, artinya semut. Banyak ceritera tentang semut ini. Binatang ini ternyata
pernah dituturkan terkait kisah Nabi Sulaiman.
Allah swt sering sekali menggunakan berbagai cara untuk
mengingatkan dan mengajarkan sesuatu hal kepada manusia. Kali ini ini kita akan
belajar dari Semut, hewan kecil yang lemah tetapi Allah menjadikannya teladan
untuk kita supaya kita belajar sesuatu hal yang membangun diri yang belajar
dari hewan tersebut. Seekor semut yang kecil yang akan mengajarkan kita semua
mengenai arti sebuah perjuangan hidup yang tak mengenal waktu dan tak mengenal lelah.
Beberapa pelajaran yang patut menjadi renungan bagi orang-orang yang berfikir,
dalam rangka meningkatkan kualitas dirinya menjadi yang lebih baik.
Pertama, Semut adalah binatang yang rajin dan bertanggung jawab.
Seperti ungkapan di atas semut adalah binatang rajin dan
bertanggung jawab, itu benar adanya. Coba kita perhatikan dengan seksama,
apakah kita pernah melihat seekor semut duduk-duduk santai ? Atau keluar pada
jam-jam atau musim – musim tertentu? Semut akan selalu bekerja siang dan malam,
baik musim hujan atau pun panas, anda pasti akan melihat seekor semut bekerja,
bahkan dimanapun kita berada semut juga ada, artinya semut tidak takut untuk
ditempatkan dimanapun, ia akan mengerjakan tugasnya sapai selesai dan penuh
tanggung jawab.Berbeda dengan manusia yang sering bermalas-malasan karana
berbagai alasan, di bawah ini adalah ciri-ciri seorang pemalas, antara lain;
Seorang pemalas adalah seorang yang selalu menunda pekerjaan. Seorang pemalas
tidak menyelesaikan apa yang dimulainya. Seorang pemalas akan mencari dan
mengikuti jalan yang mudah yang jauh dari pada rintangan. Bagaimana visi dan
misi kita dalam membangun IAIN ke depan, apakah budaya “malas” semut akan
menjadi budaya kiya, tentu jawabannya tidak. Sehingga dibutuhkan kesadaran
semua pihak, untuk memahami dan menjalankan tugas secara bertanggungjawab
sesuai dengan wewenang yang ada.
Kedua, Semut adalah binatang yang pantang menyerah dan pantang
mengeluh, apalagi menyalahkan.
Jika anda melihat seekor semut cobalah anda atau kita
untuk menghalangi jalannya. dan perhatikan apa yang semut tersebut lakukan! Ia akan mencari jalan lain untuk meneruskan jalannya atau
bahkan dia akan memanjat rintangan yang anda buat untuk bisa terus berjalan ke
Depan. Semut tidak peduli apapun rintangan yang menghalangi, ia akan berusaha
untuk menghadapinya tanpa rasa takut ataupun ragu. Sebab ia fokus pada apa yang
menjadi visinya.Tetapi menusia sering kehilangan visi dan menjadi lemah oleh
karena persoalan yang menghalangi jalannya. Selain itu, terdapat penjelasan bahwa semut sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran QS. An-Naml ayat 18 di atas, terdapat salah satu potongan
kalimat, “sedangkan mereka tidak menyadarinya”. Kalimat ini
menggambarkan betapa semut-semut tidak mudah menyalahkan orang lain, termasuk
nabi Sulaiman dan bala tentaranya, apabila mereka terijak-ijak, karena
disinilah pentingnya usaha pengendalain diri dan sikap pantang menyalahkan
orang lain. sejatinya manusia yang bijak, apabila ada bahan masukan untuk suatu
perbaikan, maka hendaknya memberikan solution, bukan justru menambah problem.
Disisi lain, kalimat tersebut, memberikan gambaran bahwa semut bukanlah
binatang yang sibuk mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi justru ia selalu
sibuk malakukan pembenahan diri atau introspeksi diri serta mengevaluasi diri,
dan dijadikan modal untuk menjadi yang lebih baik di masa yang akan datang.
Ketiga, Semut bekerja sama dengan baik dalam satu team.
Kita sering melihat semut bertabarukan satu sama yang
lain, kira-kira apa yang mereka lakukan? Jarang sekalai manusia memperhatikan
apa yang sebenarnya mereka lakukan, apa hanya sekedar menyampaikan salam atau
bertegur siapa? Sebenarnya apa yang mereka lakukan adalah mereka bertukar
informasi tentang sesuatu yang bisa dikerjakan, dalam artian mereka meminta
bantuan teman yang lain untuk bekerja sama mengerjakan suatu pekerjaan. Semut bekerja sama dengan baik dengan sesamanya tanpa
mengindahkan persoalan-persolan dalam hidup mereka. Semut selalu fokus
pada target misi mereka dan bekerja bersama-sama untuk mencapai target
tersebut. Semut bukan binatang superior melainkan binatang yang lemah yang
memiliki keterbatasan sehingga mereka akan membutuhkan satu dengan yang lain
untuk mengerjakan tugas yang berat. Dan mereka akan senantiasa membantu satu
dengan yang lain untuk tercapainya keberhasilan bersama dalam mengerjakan visi
mereka.
Semua spesies semut, yang jumlahnya mencapai kira-kira
8.800 spesies, mencari makanan dan membawanya pulang dengan cara yang
berbeda-beda. Dalam spesies-spesies tertentu, semut berburu sendirian dan membawa
pulang makanannya masing-masing. Spesies lain berburu berkelompok dan membawa
serta menjaga makanannya bersama-sama. Sejalan
dengan itu, semua pihak di STAIN Bengkulu, dituntut bekerja secara maksimal
sesuai dengan kewenangan yang kita miliki dan kemampuan yang kita sanggupi.
Sehingga diharapkan upaya pembangunan disemua aspek menjadi terwujud. Perubahan
nama menjadi IAIN adalah penting, tetapi adalah lebih penting untuk mengisi
pembangunan sesuai dengan taraf dan nama institusi yang diemban.
Keempat, semut
binatang yang tidak egois dan tidak rakus.
Diceriterakan dalam satu riwayat bahwa semut pernah
dipanggil oleh Nabi yang dikenal kaya raya ini. Ketika itu binatang kecil
tersebut ditanya, berapa banyak gandum yang dihabiskan pada setiap tahunnya. Semut
yang ditanya oleh Nabi Sulaiman menjawab, setahun cukup sebutir saja. Mendengar
jawaban itu, Nabi Sulaiman menangkap seekor semut dan segera memasukkannya ke
sebuah botol. Bersama seekor semut itu, botol tersebut diisi sebutir gandum,
kemudian botol itu ditutup agar semut tidak bisa keluar.
Semut dalam botol
ini diperkirakan tidak akan mati, karena telah disediakan sebutir gandum, yang
kata semut sendiri, cukup untuk menyambung hidup selama setahun. Setelah genap
setahun, Nabi Sulaiman ingat eksperimen
yang dilakukannya. Botol yang di dalamnya ditaruh seekor semut dan sebutir
gandum, lalu dibuka. Benar, ternyata semut masih hidup. Namun yang dianggap
aneh oleh Nabi Sulaiman ialah sebutir gandum yang semestinya habis dimakan oleh
semut, ternyata masih tersisa separo. Nabi segera menanyakan, mengapa gandumnya
tidak habis dan bahkan masih tersisa separo. Bukankah dulu semut pernah
menjelaskannya, bahwa setahun akan menghabiskan sebutir gandum. Ketakutan akan
dianggap salah oleh Nabi Sulaiman, maka semut segera menjawab. Bahwa dulu
ketika menjawab pertanyaan Nabi Sulaiman, ia tidak membayangkan kalau akan
dimasukkan ke dalam botol. Sebutir gandum akan habis dimakan kalau ia berada di
alam bebas di luar botol. Sebab setiap makan, ia tidak akan pernah menghitung
dan terlalu berhati-hati takut kehabisan makanan. Karena begitu gandum habis,
Allah tidak pernah lupa memberi kebutuhan berikutnya. Akan tetapi jika sedang
berada di dalam botol, maka makanan itu harus dihitung secara saksama agar
dalam membangun kebersamaan. Maka jika perilaku semut ini, sebagian saja ditiru
oleh manusia, maka tidak akan terjadi kesenjangan yang sedemikian jauh jaraknya
antara si kaya dan si miskin sebagaimana yang kita saksikan sehari-hari pada
saat ini. Di negeri kita saat ini ada sementara orang yang hidup bergelimang
kekayaan, memiliki rumah yang sedemikian mewah, indah dan mahal harganya,
sementara lainnya hidup di pinggir-pinggir kali dengan dinding bambu dan seng
bekas seadanya. Dalam hal bertawakkal dan kebersamaan dalam hidup ternyata
semut lebih pandai daripada makhluk yang dimuliyakan oleh Allah yang disebut
manusia ini.
Semut makhluk kecil yang selalu dipandang rendah. Bentuk
fisik yang kecil, tempatnya yang kotor. Melirik pun kadang kita ogah. Namun
pernahkah terlintas dalam benak kita, semut yang buruk pura ini ternyata
mempunyai sifat yang selama ini sudah menjadi langka di negeri ini. Terkadang kita merasa kesal
jika makan minum kita dikerubutin semut. Tapi kita tidak pernah bisa belajar
dari seekor semut. Malah dengan mudahnya kita membunuhnya.Coba kalau kita mau
merenung sebentar. Betapa sederhananya makhluk kecil ini. Walaupun kita beri 1
liter gula mereka pun hanya mengambil satu biji. Tidak lebih dan tidak kurang.
Bandingkan dengan kita, sudah diberi fasilitas berbagai macam tapi masih tetap
mengeluh kekurangan. Bahkan tanpa malu-malu masih mengambil lagi milik orang
lain alias korupsi. Mereka pun tidak banyak bicara tapi banyak kerja, bahkan
dengan semangat gotong royong tanpa pamrih. Berbeda dengan sikap masyarakat sekarang, semuanya diukur dengan materi.
Tidak ada lagi semangat gotong royong. Untuk piket ronda malam saja sudah
enggan kalau tidak
Kelima, Semut
memiliki pembagian tugas yang sempurna.
Dalam kehidupannya, semut juga mengenal pembagian tugas
yang sangat sempurna. Semut besar memotong-motong makanan dan menjaganya dari
hewan-hewan asing, sementara semut kecil membawa pulang makanan. Semut pekerja
mengangkat makanan dengan rahangnya dan membawa makanan di depan selagi kembali
ke sarang. Kalau bekerja berkelompok, semut dapat membawa potongan makanan yang
lebih besar. Mereka mengangkat makanan menggunakan satu atau dua kaki. Pada
saat yang sama mereka juga menggigit makanannya dengan rahang terbuka. Semut
pekerja menggunakan cara yang berbeda-beda berdasarkan posisi dan arahnya.
Semut yang di depan bergerak mundur sambil menyeret makanan. Semut yang di
belakang berjalan maju sambil mendorong makanan. Semut yang di samping membantu
mengangkat. Dengan cara ini, semut dapat mengangkat makanan beberapa kali lebih
berat dari yang bisa dibawa seekor semut. Berdasarkan pengamatan, ditemukan
bahwa jika semut bekerja sama, mereka dapat mengangkat beban seberat 5.000 kali
berat yang dapat diangkat seekor semut pekerja. Seratus ekor semut dapat
membawa seekor cacing besar di atas tanah dan bergerak dengan kecepatan 0,4 cm
per detik. Demikian indahnya, Allah menjadikan pelajran melalui semut.
Seandainya manusia, dapat memanajemen pembagian tugas dengan baik, serta dapat
secara bersama-sama menjalankan program yang telah menjadi komitmen bersama,
maka insya Allah semua beban yang berat akan menjadi ringan, beban yang banyak
menjadi sedikit, serta beban yang sulit menjadi mudah.
Dari beberapa pendidikan yang dapat dipetik dalam upaya
pembangunan suatu lembaga, institusi dan apapun namanya, termasuk dalam
membangun STAIN Bengkulu menuju IAIN Bengkulu. Kita membutuhkan mereka-mereka
yang berjiwa patriot, jujur, kerjasama yang baik, pantang menyerah,
bertanggungjawab, serta bahu membahu untuk selalu memberikan yang terbaik bagi
kemaslahatan ummat dan kepentingan bersama. Namun demikian, tidak semua sifat
semut positif. Karena ada sifat semut yang seharusnya tidak boleh kita miliki.
Menurut M. Quraish Shihab, sebagai muslim tidak boleh meniru sifat semut dalam
hal menumpukkan atau menimbun hasil usahanya, sehingga terkesan tidak melakukan
reproduksi. Kalau berkaitan dengan pengolahan hasil ini, kita harus banyak
belajar dari lebah. Salah satu yang dapat dipetik dari lebah adalah lebah
menghasilkan madu dan mengandung banyak manfaat, termasuk sebagai obat. Para
pakar menyebutkan bahwa dalam madu memiliki kandungan vitamin yang cukup tinggi
untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Dengan demikian, seorang muslim hendaknya
sejalan dengan sabda Rasul: “sebaik-baik manusia adalah manusia yang
bermanfaat bagi manusia lainnya”. Bahkan dimanapun seorang muslim berada ia
selalu menebar kasih sayang, perdamaian dan kesejukan bagi lingkungannya.
Demikianlah, Semoga dapat menjadi i`tibar bagi kita
semua. Di banyak ayat Allah menegaskan
semua ayat-ayat yang ada di alam semesta ini, merupakan tanda kekuasaan dan
kebesaran-Nya bagi orang-orang berfikir, menggunakan akal, orang-orang yang
memperhatikan . Kita berdoa semoga senantiasa belajar melalui berbagai
ayat-ayat Allah swt dan mampu mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Wallaahu A`lam.
Referensi
Depag RI, Al-Quran dan
Terjemahnya, Bandung: Syaamil Cipta Media, 2004.
Shihab, M. Quraish, Wawasan
Al-Qur`an Tafsir Maudhui Atas Pelbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, Cet. VIII, 1998.
Shihab, M. Quraish, “Membumikan”
Al-Qur`an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung:
Mizan, 1992.
Shihab, M. Quraish, Dia Ada
Di Mana-mana, Jakarta: Lentera Hati, 2009.
http://harunyahya.com/indo/semut/
Jumat, 24 Februari 2012
Proposal penelitian
Proposal Penelitian Kelompok
TEOLOGI KENABIAN JEMAAT AHMADIYAH DI INDONESIA
Studi terhadap Penafsiran ayat-ayat Kenabian Tafsir
Saghir
Tim Peneliti:
1. Prof. Dr. H. Rohimin, M. Ag
2. Ridho Syabibi, M. Ag
3. Wira Hadikusuma, M. Si
TEOLOGI KENABIAN JEMAAT AHMADIYAH DI INDONESIA
Studi terhadap Penafsiran ayat-ayat Kenabian
Tafsir Saghir
A.
PENDAHULUAN
Islam
di bawa Muhammad saw. kepada manusia dengan misi untuk menyelamatkan kehidupan
manusia itu sendiri, baik di dunia maupun di akhirat. Untuk mencapai tujuan
tersebut, Islam dilengkapi dengan doktrin teologis yang menjadi standar
keyakinan bagi pemeluknya. Islam juga memiliki aturan tentang sistem
perilaku sosial antara sesama manusia dan lingkungannya yang biasa disebut
dengan fikih. Islam juga memiliki sistem etika yang menjelaskan persoalan norma
etis interaksi antar manusia, lingkungan dan Tuhan.
Pasca
mangkatnya Muhammad saw, umat Islam kemudian dihadapkan pada problem dimana
sosok yang menjadi tempat bertanya, berguru dan berislam telah wafat, sedang di
satu sisi problematika kehidupan terus berkembang dan memerlukan solusi. Tema
ketauhidan dan politik kenegaraan (khilafah) kemudian muncul ke
permukaan menjadi bahan perdebatan. Muncullah beberapa kelompok atau sekte
dalam Islam yang berupaya memberikan penjelasan tentang persoalan doktrinal dan
khilafah tersebut. Lahirlah kelompok seperti Jabariyah, Qodariyah, Murjiah,
Syiah Muktazilah, Khawarij serta sekte-sekte lain yang kemudian mengisi
khazanah peradaban Islam klasik.
Ahmadiyah adalah sebagai
sebuah gerakan keagamaan yang lahir di India pada akhir abad ke-19 dengan latar
belakang kemunduran umat Islam di India di bidang politik, ekonomi, sosial dan
bidang kehidupan lainnya, terutama setelah pecahnya revolusi India tahun 1857
yang berakhir dengan kemenangan Inggris yang terpenting di Asia.[1] Gerakan
Ahmadiyah menekankan aspek-aspek idiologis-eskatologis karena gerakan ini
bersifat mahdistik dengan keyakinan bahwa al-Mahdi dipandang sebagai
"hakim pengislah" atau "juru damai". Menurut keyakinannya,
al-Mahdi mempunyai tugas untuk mempersatukan kembali perpecahan umat Islam baik
di bidang akidah maupun syariah. Ahmadiyah berharap agar umat Islam bersatu seperti
pada zaman Nabi Muhammad Saw, dan lebih dari itu, al-Mahdi juga diyakini
bertujuan mempersatukan kembali semua agama, terutama agama Nasrani dan Hindu,
agar melebur ke dalam Islam.[2]
Perkembangan
Ahmadiyah di Indonesia cukup pesat, sehingga dapat memicu berbagai persoalan.
Salah satu faham kontroversial Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang
berkembang dalam masyarakat adalah faham kenabian.[3] Masyarakat beranggapan
bahwa Jamaat Ahmadiyah Indonesia mengaku bahwa masih ada nabi sesudah nabi
Muhammad saw., sebagai khataman nubuwat dan paham ini menurut mereka
Ahmadiyah dianggap sebagai organisasi keagamaan yang sesat dan menyesatkan
agama Islam. Paham yang dikembangkan jemaat Ahmadiyah merupakan pelecehan,
penodaan, penghinaan terhadap Islam, itulah sebabnya ditengah-tengah masyarakat
berkembang pula paham bahwa darah
Ahmadiyah itu halal dan wajib hukumnya menolak ajaran Ahmadiyah, kapanpun dan
dimanapun mereka dianggap murtad.
Paham kenabian Jemaat
Ahmadiyah ini tidak berdiri sendiri dan lepas dari pemamahan mereka terhadap ayat-ayat
kenabian yang ada di dalam kitab suci Al-Quran. Karena Ahmadiyah bukan agama
baru dan mereka tetap menjadikan ayat Al-Quran sebagai sumber keagamaan dan
paham keagamaan yang mereka kembangkan. Selain hadits Rasulullah saw., jamaat
Ahmadiyah mendirikan organisasi keagamaan ini dengan maksud dan sebab tertentu
dan mereka punya kepercayaan tentang khataman nubuwat, malaikat,
keselamatan (najat), hadits, takhali dan jihad. Semua paham dan
kepercayaan ini didasari dengan ayat-ayat Al-Quran dan hadits Rasulullah saw.
Untuk melihat
pemahaman khataman nubuwat yang sangat kontroversial tersebut penulis
tertarik untuk meneliti tentang teologi kenabian jemaat Ahmadiyah di Indonesia
dengan obyek penelitian pemahaman Jemaat Ahmadiyah (JAI) terhadap ayat-ayat
kenabian yang ditafsirkan dalam tafsir Saghir karya Hazrat Mirza Ahmad
Khalifatul Masih II. Melalui penelitian ini diharapkan dapat ditelusuri akar
pemahaman Jemaat Ahmadiyah Indonesia terhadap ajaran khataman nubuwat
yang telah memicu pertentangn yang berimplikasi terhadap kemunculan Ahmadiyah
sebagai organisasi keagamaan.
B. SIGNIFIKASI PENELITIAN
Jemaat Ahmadiyah
Indonesia, baik jemaat Ahmadiyah Qodyan maupun Lahore tumbuh dan berkembang secara
dinamis. Organisasi keagamaan ini atau sekte agama ini sudah tersebar di
belahan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka eksis dan
terus memperluas wilayah dakwah keagamaan yang telah menjadi paham-paham
keagamaan mereka, bahkan mereka sangat kaya dengan literatur keagamaan.
Hubungan mereka secara Internasional dengan negara-negara tempat tumbuh dan
berkembangnya ajaran Ahmadiyah sangat baik dan maju. Jaringan komunikasi dakwah
yang mereka kembangkan sangat laris dan mutakhir, jemaat ini telah mampu
menunjukkan kebesaran organisasi mereka.
Di Indonesia jemaat
Ahmadiyah dituduh sebagai jemaat yang sesat-menyesatkan, mereka dituduh
melakukan penodaan terhadap ajaran agama Islam dan melakukan pendangkalan
aqidah serta menghancurkan syariat Islam, bahkan oleh sebagian mereka dianggap murtad
dan dan halal darahnya. Salah satu paham keagamaan kontroversial jemaat
Ahmadiyah Indonesia yang menimbulkan kemarahan dan kebencian masyarakat dan
diklaim sebagai jemaat yang sesat dan menyesatkan adalah paham tentang teologi
kenabian, yaitu persoalan khataman nubuwat, masih ada nabi sesudah nabi
Muhammad saw.. Orang-orang Ahmadiyah dianggap masih mempercayai Mirza Ghulam
Ahmad yang masih menerima wahyu dan akhir namanya selalu ada sebutan a.s. (alaihi
as-salam). Paham ini dianggap bertentangan dengan aqidah Islam yang meyakini
bahwa nabi terakhir adalah nabi Muhammad saw. dan Muhammad merupakan nabi
penutup (khataman al-nabiyyiin), tidak ada lagi nabi sesudah nabi
Muhammad.
C. TELAAH PUSTAKA
Jemaat Ahmadiyah
sejak berdirinya (1889) dalam skala Internasional telah berkembang pesat di
beberapa negara. Jemaat ini telah menunjukkan eksistensi dirinya sebagai sebuah
organisasi yang kuat dan mapan. Baik manajemen organisasi, maupun pendanaan.
Dalam dakwah dan penyiaran agama mereka telah memiliki Moslem Television
Ahmadiyah Internasional (MTAI) yang berpusat di London.
Jemaat Ahmadiyah
kaya akan literatur keagamaan dan penelitian. Para Mubaligh Ahmadiyah dalam penyebaran dakwahnya selalu
diikuti dengan penulisan buku-buku yang terkait dengan pemahaman-pemahaman
keagamaan yang dikembangkan dalam jemaat Ahmadiyah, buku-buku terbitan dalam
bahasa Arab, Inggris, India, dan bahasa-bahasa asing lainnya oleh jemaat
Ahmadiyah Indonesia diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
Masalah teologi
kenabian jemaat Ahmadiyah di Indonesia telah banyak ditulis oleh kalangan
jemaat Ahmadiyah sendiri. Sampai saat ini penulis belum menemukan penelitian
dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan masalah teologi kenabian yang
dilakukan dan ditulis oleh penulis dari luar Ahmadiyah. Budi Munawwar Rahman,
sebagai seorang staf redaksi dalam Ulumul Qur’an No. 4 Vol. 1. 1990/1410 H.
sekelumit menulis pada kolom tulisan Djohan Efendi, Ahmadiyah Qodiyah di
Desa Maniz Los dengan judul tentang teologi kenabian. Tulisan
suplemen ini hanya menggambarkan tentang konsep khataman al-nabiyyin
(penutup para nabi) sebagai sebuah konsep yang memang bisa ditafsirkan dalam
berbagai cara, belum terfokus pada pemahaman, masih ada nabi sesudah nabi
Muhammad sebagai khataman al-nabiyyin.
Secara singkat juga
ditulis oleh Iskandar Zulkarnain, “Gerakan
Ahmadiyah di Indonesia”. Dalam buku ini dijelaskan bahwa kelompok
Qadiyan memiliki tiga klasifikasi tentang konsep nubuwwah ini, yaitu:
(1) Nabi Shahib al-Syariah wa Mustaqil. Nabi
shahib al-syariah adalah nabi yang membawa risalat
kenabian beserta syariat untuk umat manusia secara umum, sedangkan nabi
mustaqil adalah nabi yang membawa aturan syariah yang tidak disamakan
dengan nabi generasi sebelumnya. Contoh nabi dalam kelompok ini adalah seperti
Musa as dan Muhammad saw; (2) Nabi Mustaqil Ghairu al-Tasyri, yaitu
nabi yang menerimawahyu dari Tuhan, namun tidak membawa syariat baru. Nabi
golongan ini hanya bertugas meneruskan syariat yang telah disampaikan oleh nabi
sebelumnya. Contoh nabi di kelompok ini adalah seperti nabi Harun as, Daud as,
Sulaiman as, Yahya, as, Zakaria as, dan Isa as; (3) Nabi Zhilli Ghair al-Tasyri, yaitu nabi yang mendapat
anugerah dari Tuhan semata-mata karena mematuhi nabi sebelumnya dan juga
mematuhi syariatnya. Ia juga tidak mendapatkan mandate
berupa syariat baru, akan tetapi ia hanya meneruskan syariat sebelumnya. Nabi
seperti kategori ini hanya muncul dari umat Muhammad saw, bukan dari kelompok
sebelumnya. Ghulam Ahmad diklaim oleh kelompok Qadiyan sebagai nabi dalam kategori Zhilli
Ghair al-Tasyri’.[4]
Dari telaah pustaka
tersebut di atas, dapat diketahui bahwa belum ada penelitian secara khusus
tentang masalah teologi kenabian jemaat Ahmadiyah di Indonesia terutama
penelitian yang difokuskan pada penafsiran ayat-ayat kenabian yang belum ada di
dalam kitab suci Al-Qur’an yang ditafsirkan oleh jemaat Ahmadiyah Indonesia.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian sehingga diketahui bagaimana jemaat
Ahmadiyah menafsirkan ayat-ayat tentang kenabian yang dimaksud dan secara
akademik bagaimana mereka mendasari penafsiran tersebut. Sebab pemahaman
teologi kenabian jemaat Ahmadiyah tidak lepas dari akar pemahaman terhadap
ayat-ayat kenabian yang ada di dalam kitab suci Al-Qur’an. Apa yang
melatarbelakangi penafsiran sehingga muncul pemahaman masih ada nabi sesudah
nabi Muhammad saw. sebagai khataman al-nabiyyin.
D. FOKUS PENELITIAN
Penelitian ini
dilakukan terfokus pada teologi kenabian jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI)
dengan objek penelitian penafsiran-penafsiran Ahmadiyah terhadap ayat-ayat
kenabian yang ada di dalam kitab suci Al-Qur’an. Penafsiran-penafsiran tersebut
difokuskan pada penafsiran yang ada di dalam kitab Tafsir Saghir karya
Hazrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a Khalifatul Masih II. Kitab tafsir ini
di Indonesia diterbitkan dalam edisi bahasa Indonesia dengan judul AL-QUR’AN
TERJEMAHAN DAN TAFSIR SINGKAT. Namun penerbitan yang dilakukan oleh jemaat
Ahmadiyah Indonesia ini tidak hanya diterjemahkan dari tafsir saghir
saja, tetapi diambil sebagian dari THE HOLY QUR’AN WITH ENGLISH TRANSLATION AND
COMMENTARY, suntingan Malik Ghulam Farid.
Dengan fokus
penelitian tersebut diharapkan penelitian ini dapat menelusuri akar pemahaman
kenabian yang dipahami oleh jemaat Ahmadiyah Indonesia. Pada kenyataannya
jemaat Ahmadiyah Indonesia dalam memahami dan mempertahankan teologi kenabian
selalu merujuk dan berargumentasi dengan ayat-ayat kenabian yang ada di dalam kitab
Al-Qur’an.
Namun demikian,
karena wacana teologi kenabian Ahmadiyah sudah berkembang pesat dan sudah
menjadi wacana publik, penelitian ini tidak mengabaikan pengaruh faktor-faktor
lain yang terkait dengan kenabian Ahmadiyah tersebut di sisi lain diasumsikan
juga pemahaman-pemahaman terhadap hadits-hadits nabi tentang kenabian dan
pemikiran-pemikiran tentang kenabian yang dikembangkan oleh jemaat Ahmadiyah
Indonesia.
E. TUJUAN DAN MANFAAT
PENELITIAN
Penelitian ini
penting dilakukan, karena masyarakat masih apriory terhadap Ahmadiyah
sebagai organisasi keagamaan. Keberadaan mereka diberbagai wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) mendapat resistensi dari masyarakat. Mereka
dijauhi, bahkan ditolak dan dimusuhi. Permusuhan terhadap Ahmadiyah bahkan
cenderung berutal dan anarkis, karena mereka sudah dianggap murtad.
Kasus 15 Juli 2005 di kampus Al-mabrus Depok mengindikasikan kenyataan
tersebut. Bahkan wacana, kritikan, dan nuansa permusuhan bermunculan di media
cetak maupun elektronik.
Sikap apriory
masyarakat terhadap Ahmadiyah fokus pada paham kontroversial kenabian (khataman
nubuwat), pemahaman masih ada nabi sesudah nabi Muhammad saw.. Namun lebih
jauh di masyarakat belum mengetahui bagaimana pemahaman kenabian itu dan
bagaimana mereka memahami ayat-ayat kenabian di dalam kitab suci Al-Qur’an,
atas dasar ini maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui bagaimana
pemahaman kenabian menurut jemaat Ahmadiyah Indonesia
2. Untuk mengetahui bagaimana
jemaat Ahmadiyah memahami ayat-ayat kenabian dalam Al-Qur’an yang tertuang
dalam kitab Tafsir al Saghir.
Adapun manfaat penelitian
yang diinginkan adalah:
1. Untuk menjelaskan secara
teoritis proses penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan khataman
al-nabiyyin dikalangan jemaat Ahmadiyah.
2. Untuk menambah wawasan
keilmuan tentang Ahmadiyah dalam memahami dan menyebarkan paham-paham kenabian.
3. Untuk memperkaya khazanah
keilmuan tentang Ahmadiyah sebagai sebuah organisasi keagamaan dalam memahami
agama.
F. METODE PENELITIAN
Penelitian ini
merupakan pustaka (library research) dengan fokus utamanya kitab tafsir al-saghir
karya salah seorang khalifah jemaat Ahmadiyah Hazrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad
r.a. Khalifatul Masih II yang terdiri dari tiga jilid. Ayat-ayat yang akan
diteliti ialah ayat-ayat tentang kenabian terutama ayat-ayat yang membicarakan
masalah khataman nabiyyin. Mirza Ghulam Ahmad a.s. yang dianggap sebagai
nabi yang tidak membawa syariat dan menerima wahyu dari Allah swt..
Untuk meneliti
penafsiran ayat-ayat tentang kenabian dalam tafsir al-saghir tersebut metode yang
digunakan adalah metode tematis (maudhu’i) dengan pendekatan teologis.
Metode dan pendekatan ini dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk mengetahui
metode, aliran, dan corak tafsir al-saghir, jemaat Ahmadiyah,
yang menganggap Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai nabi yang tidak membawa syariat
dan menerima wahyu dari Allah. Terhadap penafsiran ayat-ayat yang diberikan
terhadap ayat-ayat kenabian dianggap sebagai legitimasi terhadap doktrin
teologi kenabian jemaat Ahmadiyah.
![Right Arrow: Pengakuan Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai pemnerima wahyu dan nabi (1835-1908)](file:///C:/Users/HP/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image003.gif)
![]() |
Sebagaimana
diketahui, bahwa Mirza Ghulam Ahmad a.s. tidak pernah menulis buku tafsir.
Penafsiran ayat-ayat kenabian yang ditafsirkan oleh Mirza Basyiruddin yang
berkaitan dengan khataman nabiyyin untuk melegitimasi pengakuan orang
tuanya sebagai seorang nabi dan mempertahankan doktrin kenabian yang akan
dikembangkan dalam jemaat Ahmadiyah. Untuk mendalami penelitian ini, selain
terfokus pada kitab tafsir al-saghir digunakan juga pendekatan historis,
karena Ahmadiyah sebagai organisasi keagamaan dan sekte agama muncul dan
telah berkembang dalam rentangan waktu dan berada di dalam wilayah Dunia. Untuk
itu penelitian ini juga ditelusuri melalui literatur-literatur rujukan
Ahmadiyah yang berkembang di Indonesia, terutama yang berkaitan dengan masalah
kenabian.
G. DAFTAR RUJUKAN
Fokus penelitian
ini adalah teologi kenabian jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dengan objek
penelitian penafsiran dan pemahaman ayat-ayat kenabian dalam tafsir al-saghir
karya Mirza Ghulam Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. Khalifatul Masih II. Maka
disamping buku tafsir tersebut digunakan juga literatur-literatur yang terkait
dengan masalah-masalah penelitian, antara lain:
Mirza Basyiruddin Mahmud
Ahmad, Apakah Ahmadiyah itu?, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1996
Muhammad Sadiq,
H.A. Analisa tentang Khataman Nabiyyin, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1999
M. Ahmad Nuruddin,
Masalah-masalah Kenabian, jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1999
H.M. Ahmad
Chechma, H.A. Sy., Khilafat telah Berdiri I, Jemaat Ahmadiyah Indonesia,
2004
Mirza Ghulam Ahmad
a.s., Filsafat Ajaran Islam, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 2001
Nu-ud-Din, Ahmadi
Muslim, PB. Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1989
, Nasehat Imam Mahdi dan Masih Mahmud a.s., Mengenai Bai’at, Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, 1999
Panitiaan
peringatan seabad gerhana bulan dan gerhana matahari, Souvenir Peringatan
Seabad Gerhana Bulan dan Gerhana Matahari, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1994
Keinginan jemaat
Ahmadiyah Indonesia, Penjelasan Jemaat Ahmadiyah di Indonesia, Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, 2001
, Al-Masih di Hindustan, Ahli Sunnah Menjawab Ahmadiyah dalam Masalah
Kenabian, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 2001
Fauzy said Thaa, Ahmadiyah
dalam Persoalan Al-Ma’arif, Bandung 1981
K.M.A. Nazaruddin,
Imam Mahdi dalam Al-Qur’an dan Injil, Bintang Tsurrayya, Bogor, 1994
Zulkarnain,
Iskandar, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, LkiS, Yogyakarta, 2005
Ahmad Cheema, Mahmud,
Tiga Masalah Penting, Jemaat Ahmadiyah Indonesia Hajaruddin, Bogor, 2004
Nuruddin, Ahmad, Masalah
Kenabian, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1998
Rahmat, Ali, Beberapa
Segi Masyarakat Islam, Yayasan Wisma Damai, 1999
[1]Iskandar
Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia (Yogyakarta: LKiS, 2005),
hlm. 1.
[2]Azumardi
Azra, "Pengantar" dalam Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di
Indonesia (Yogyakarta: LKiS, 2005), hlm. X
[3] Paham ini menjadi masalah dan cukup memicu protes masyarakat dan klimaksnya
pada hari jumat tanggal 10 Juli 2005 yang alu terjadi peperangan dan
pengrusakan dengan cara anarkis terhadap Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang sedang
menggelar perhelatan dan acara pertemuan tahunan dan silaturrahmi di kampus
Al-Mubarak Permai, Bogor, Jawa Barat.
Langganan:
Postingan (Atom)